Karnaval bukan sekedar pesta ekspresi, melainkan juga mendapatkan nilai di dalamnya.
Karnaval yang biasanya diekspresikan secara glamour di
jalanan dan diikuti oleh peserta-peserta berparas menarik baik postur tubuh dan
wajah. Menjadi santapan para fotografer dan video maker untuk mendapatkan obyek-obyek visual yang indah. Namun pada Vastenburg Carnival (Vascar)
bertema ‘bamboo, it’s my costume’ yang diadakan pada 6 – 7 Juni di cagar budaya
Benteng Vastenburg, menjadi berbeda. Peserta karnaval mengikuti workshop
sejumlah 20 kali yang diadakan sejak Maret – Juni 2014, untuk menampilkan karya
kostumnya. Apa yang berbeda? Vascar juga merangkul anak-anak YPAC (Yayasan
Pendidikan Anak Cacat) dan Panti Asuhan Pamardi Yoga, Surakarta, untuk menjadi
peserta Vascar. Vascar menemani mereka untuk berkreatif dengan bambu dan
bergaul dengan teman-teman baru peserta Vascar kelompok SD, SMP, SMA/SMK dan
mahasiswa. Membangun dunia optimisme dan
berbagi kebahagiaan bersama.
Memproses elemen bambu dengan pernik-pernik biji-bijian
tanaman menjadi nilai kreativitas dalam memahami ragam hayati nusantara. “Saya
mendapatkan pengalaman baru – berpikir cepat, tepat, kreatif dan mengetahui
serta mengerti bagaimana menciptakan sesuatu yang indah dari bambu,” ungkap
Anisa Dwi Agustin, siswi SMK 7 Surakarta. Temannya, Desi Susanti, yang juga
peserta Vascar dari SMK 7 Surakarta, menambahkan bahwa ia mendapatkan sesuatu
yang baru, yang semula mustahil merelalisasikan, akhirnya mampu mewujudkan
elemen bambu menjadi kostum.
Peserta juga belajar warisan budayanya ketika karnaval
ini diadakan di cagar budaya Benteng Vastenburg. Mungkin
sebagian masyarakat belum tahu, bahwa terdapat 442 benteng tersebar di
daerah-daerah Indonesia (Riset Pusat Dokumentasi Arsitektur, 2007).
Selain peserta dari Solo. Vascar juga diikuti dari
peserta luar kota - Bengkel Seni Andhang Pangrenan (Banyumas), Komunitas Beksa
Kinara-Kinari (Magelang), Ngesti Manunggal (Boyolali), Bregada Saeko Kapti
(Yogyakarta), Karnaval Batik Pekalongan dan Sanggar Gatra (Bengkulu).