Selasa, 10 Mei 2011

Sanggar Seni Sekar Jagad, Tari Tayub dan Beras Kencur

Tari Tayub adalah tari pergaulan di masyarakat Jawa. Tari ini sering diadakan pada acara hajatan pernikahan, khitanan, dan lain-lain. Secara etimologi tari Tayub dalam bahasa Jawa bermakna ‘ditata ben guyub’ (ditata agar tercipta kerukunan).


Sayang dalam perkembangannya tari ini mendapat stereotipe negatif, identik dengan minuman keras dan pornografi. Perempuan penari dalam tari tayub mempunyai daya magnet untuk mengajak pria menari. Kecantikan dan lenggokan tubuh perempuan penari menjadi daya pikat, sehingga membuat esensi makna kerukunan tari tayub sering lepas. Tradisi kaum pria menyisipkan uang di bagian dada tubuh penari perempuan ketika menari (saweran) yang bisasanya berkostum kemben dan minum minuman keras inilah yang membuat stigma negatif pada tari Tayub.

Untuk melestarikan tari Tayub tersebut, Sanggar Seni Sekar Jagad membuat inovasi mengadakan pentas tari tayub bertajuk “Tayub Bambu Plus Beras Kencur” pada 7 Mei 2011, pk. 19.00, Dukuh Kotakan, Desa Bakalan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.. Tari Tayub diiringi kentongan bambu dan kadang digabung dengan gamelan. Para penari diperbolehkan minum beras kencur. “Ini usaha kami melestarikan tari Tayub. Menari membuat tubuh sehat dan minum beras kencur membuat tubuh segar agar citra tari Tayub tidak negatif dan kembali kepada makna kerukunan,” papar Joko Ngadimin, Ketua Sanggar Seni Sekar Jagad.”

Pak modin dan istrinya serta dua perempuan anaknya yang berjilbab ikut serta  menari bersama untuk kesehatan tubuh. Penari berkostum kebaya dan berselendang. Lantunan tembang Jawa mengiringi tarian Tayub di malam hari membuat suasana makin guyub. Bahkan lewat informasi getok tular, banyak lelaki yang berusia lanjut dari luar Dukuh Kotakan mendatangi acara tari Tayub yang sudah jarang sekali diadakan. Mereka menari seolah-olah hidup di masa lampau. Kata “tayub” telah memanggil memori kolektif masa lalunya.

Begitu terasa capek mereka langsung minum beras kecur. Cukup lucu, bahasa tubuh mereka ketika minum beras kencur seperti minum miras (minuman keras). Mungkin imajinasi mereka minum miras, padahal yang diminum beras kencur. Pada jam 11 malam, acara usai. Semua peserta merasa stres hilang dan tubuh sehat. Tidak ada keributan sama sekali.

Sesuatu yang luar bisa Sanggar Seni Sekar Jagad mengadakan tari Tayub di kawasan Sukoharjo yang rawan dengan konflik kekerasan. Citra kawasan Sukoharjo sebagai sarang teroris tidak benar. Banyak potensi seni tradisi yang belum dihidupkan di kawasan ini. “Acara ini untuk menggugah semangat toleransi dan menghargai keberagaman,” tambah Joko Ngadimin. Itulah tari Tayub dan beras kencur, keduanya adalah kekayaan pusaka tak teraga Indonesia (Indonesian Intangible Heritage). (apw)

.photo & video by dani iswardana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar