ikhlas bagi anda
halal buat kami
(pengamen di bis ekonomi)
Saya sering melakukan perjalanan antarkota di Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan bis ekonomi. Setiap saya naik bis ekonomi, selalu ada pengamen jalanan dan penjual jajanan menawarkan dagangannya mengais rezeki di dalam bis. Hanya bis ekonomi yang berbaik hati kepada mereka. Tak mungkin para pengamen bisa mengamen di bis pariwisata atau bis patas. Yang menghidupi ekonomi orang-orang kecil tetap orang-orang kecil juga. Supir, kondektur dan kernet bis adalah orang-orang kecil yang berbaik hati dengan pengamen.
Dengan kata lain, telah terjadi peristiwa ekonomi kerakyatan dalam bis ekonomi secara alamiah. Jauh dari hangar bingar teori ekonomi kerakyatan yang sering diulas oleh pada ahli di media massa.
Yang menarik hampir setiap pengamen dalam bis setelah selesai menyanyikan lagu, mereka selalu meminta sumbangan sukarela sebagai uang lelah setelah mengamen dan selalu mengucapkan ‘ikhlas bagi anda, halal buat kami’ dan mendoakan para penumbang bis agar mendapat limpahan rejeki yang banyak dariNya.
Luar biasa ucapan pengamen itu. Mereka tiap hari bekerja dengan ketulusan dan selalu mendoakan orang lain, meskipun mereka tidak pernah mengaku dirinya religius seperti orang-orang yang mengaku ahli agama.
Bagi saya, ucapan ‘‘ikhlas bagi anda, halal buat kami’ adalah mantra pengamen dalam menyeleksi uang yang halal, yang diijalani dengan tetesan keringan naik-turun bis setiap harinya. Suatu perjalanan kerja ruhani yang luar biasa!
Keteladanan
Ada dua hal dari keteladan pengamen di bis ekonomi tersebut. Pertama, pengamen bis itu memberikan keteladan bagaimana mencari uang dengan kerja keras dan menyeleksi hartanya yang halal. Kata ‘ikhlas’ adalah kata yang sulit dijalani dalam hidup sehari-hari oleh tiap individu, demikian juga dengan kata ‘halal’. Kedua, dengan ucapan itu pengamen sebenarnya membangun budaya malu kepada penumpang di bis. Kalau diresapi benar, maknanya begitu dalam – malu jika kita tidak ikhlas dalam mengerjakan sesuatu, malu kepada Sang Pembuat Nafas; dan malu jika kita menerima rejeki haram.
Mengapa banyak pejabat publik di negeri ini tidak belajar kepada para pengamen di bis-bis ekonomi dalam mencari rejeki yang halal? Para pengamen itu tiap harinya sebenarnya kuliah kehidupan di ‘Universitas Bis Ekonomi’ untuk meraih kebahagiaan sejati. Sudah saatnya pejabat publik negeri ini kuliah di ‘Universitas Bis Ekonomi’ agar wajah berita media massa sehari-hari isinya tidak bertajuk korupsi dan pelanggaran hukum kaum pejabat publik melulu. (apw)
*****
Photo source: www.archive.kaskus.us
Tidak ada komentar:
Posting Komentar