Tari Saman
Tubuh adalah esensi keindahan dari tari. Tubuh yang diam dan bergerak akan terasa keindahan terdalamnya jika ada suatu rasa (greget orang Jawa bilang atau taksu menurut orang Bali). Rasa itulah yang menjadi sumber energi penggerak yang diperoleh dari penghayatann hidup sehari-hari dan proses latihan tari yang panjang. Gerakan yang indah belum tentu mempunyai rasa. Menghadirkan rasa dalam tari, juga menghadirkan keindahanNya dalam tubuh penari. Hanya dengan duduk, tepuk tangan dan tepukan tangan pada tubuh dan tidak menggerakkan kaki seperti tari pada umumnya, Tari Saman mampu menghadirkan rasa. Puncak keindahan tari Saman adalah tubuh yang musikal.
Tari Saman adalah tari tradisional dari Aceh. Menurut Kepala Badan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), I Gde Pitana, Tari Saman akan diumunkan oleh UNESCO sebagai Intangible World Heritage (warisan budaya dunia tidak benda) pada 19 November 2011.
Beberapa warisan budaya Indonesia tak benda yang sudah masuk dalam daftar UNESCO adalah wayang, keris, batik dan angklung. Wayang diumumkan oleh UNESCO sebagai waridan budaya dunia tidak benda pada 7 November 2003, Keris pada 25 September 2005, Batik pada 2 Oktober 2009, dan Angklung pada 18 November 2010.
Tari Saman
Keindahan tari Saman adalah ditarikan dengan posisi duduk berlutut seperti posisi duduk dianatara dua sujud seperti dalam ibadah sholat (Islam). Tari ini membutuhkan kekompakan dan konsentrasi yang baik agar tubuh antarpenari tidak bertabrakan.
Saman ditarikan dengan posisi duduk berlutut, berat badan tertekan kepada kedua telapak kaki. Pola ruang pada tari saman juga terbatas pada level, yakni ketinggian posisi badan. Dari posisi duduk berlutut berubah ke posisi diatas lutut yang merupakan level paling tinggi, sedang level yang paling rendah adalah apabila penari membungkuk badan ke depan sampai 45o atau miring kebelakang sampai 60o. Terkadang saat melakukan gerakan tersebut disertai gerakan miring ke kanan atau ke kiri. Ada pula gerak badan dalam posisi duduk melenggang ke kanan-depan atau kiri-belakang.
Selain posisi duduk, gerak tangan sangat dominan dalam tari saman. Gerakan tangan juga berfungsi sebagai musik. Kedua tangan berhimpit dan bergerak searah. Ada gerakan ujung jari telunjuk seperti mau mengambul sesuatu.. Diikuti gerakan tubuh yang bergerak seperti bolang-baling. Gerakan kepala menoleh dan menganggung mulai dari tempo lambat sampai cepat, lalu kepala berputar 360 derajat. Penari dituntutuk untuk dalam mengkoordinasikan tubuhnya dengan benar, serempak dan kompak, dan selaras dengan syair-syair bahasa Aceh yang mengiringi tarian ini. Syair dan tepukan tangan dan tepukan pada tubuh menjadi musical dan ini lah puncak keindahan tari Saman.
Tari Saman biasanya dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis.
Dalam sejarahnya, tari Saman dulu hanya dimainkan olek kaum laki-laki, namun dalam perkembangannya kini kaum perempuan dibolehkan menari Saman. Memang tari tradisi harus berkembang menyesuaikan zaman dan kultur perubahan masyarakatnya. Biasanya jumlah penari dalam tari Saman berjumlah ganjil – 15 sampai 17 orang. Namun jumlah ganjil sekarang ini tidak bersifat mutlak.
Tari ini diciptakan oleh seorang ulama bernama Syekh Saman. Awalnya tarian ini hanya merupakan permainan rakyat biasa yang disebut Pak Ane dan dimainkan di surau-surau. Syair-syair yang dalam tari Saman berisi puji-pujian kepada Allah dan juga syair-syair yang mendorong semangat juang rakyat Aceh. Sekarang tari Saman bisa dimainkan di space apa saja. Tari Saman yang awalnya berfungsi sebagai media dakwah agama Islam, kini tari Saman berfungsi penghubung antarkebudayaan dalam keberagaman dunia. (berbagai sumber, apw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar