Sabtu, 20 Oktober 2012

El Classico: Teater Rakyat Catalonia


Sepak bola bukan hanya sekedar olah raga. Sepak bola secara kultural bisa menjadi seperti pertunjukan teater rakyat, khususnya bagi masyarakat pendukung kesebelasan Real Madrid dan Barcelona di Liga Spanyol. Pertandingan FC Barcelona vs Real Madrid bagi masyarakat Catalonia, Spanyol, merupakan ruang ekspresi teater untuk menyuarakan identitas dan nasionalisme masyarakat Catalan. Pertandingan kedua klub tersebut hanya sekedar olah raga, tapi sudah merupakan peristiwa kultural dan politik identitas.






Dalam Liga Spanyol., ‘El Classico’ adalah suatu sebutan atau julukan pada pertandingan klub Real Madrid versus Barcelona. Mengapa sebutan itu muncul pada kedua klub itu saja, tidak muncul pada selain kedua klub tersebut dalam Liga Spanyol?  Kata itu tidak muncul begitu saja, melainkan kata ‘El Classico’ mempunyai latar historis bagi kedua klub itu. Terutama di awal keberadaan Barcelona sebagai klub sepak bola dan peristiwa politik di Spanyol pada tahun 1930-an di era Regime Jenderal Franco .
Pada tahun 1899, Hans Gamper, seorang kelahiran Swiss mendirikan klub sepak bola yang beranggotakan [pemain-pemain dari Swiss, Inggris, dan Catalan (salah satu suku bangsa di Spanyol) yang tinggal di Provinsi Catalonia, yang beribukota di Barcelona, kota terbesar kedua di Spanyol setelah Kota Madrid. Setelah kematian Jenderal Franco pada 1975, Catalonia menjadi  wilayah otonomi sejak tahun 1978 dengan mengadopsi Konstitusi Demokrasi Spanyol.


Perang  saudara bangsa Spanyol (1936-1939)  memang masih menyisakan persoalan identitas dan nasionalisme sampai sekarang bagi penduduk Catalonia.  Selama regime Jenderal Franco, aktivitas publik yang menggunakan bahasa Catalan diawasi oleh dengan ketat. Institusi yang dikelola oleh pemerintah tidak boleh menggunakan bahasa Catalan dan acara-acara umum juga dilarang menggunakan bahasa Catalan. Media massa tidak boleh menggunakan bahasa Catalan, baru pada 1950 diizinkan. Penerbitan dalam bahasa Catalan diawasi dengan ketat.

Dari warisan sejarah masa lalunya, orang-orang Catalonia memang menganggap dirinya sudah punya identitas sendiri dan bukan bagian dari Spanyol (bangsa yang yang dijajah Spanyol).  Dengan berdirinya klub sepak bola FC Barcelona, klub ini menjadi ruang ekspresi perjuangan nasionalisme Catalan masyarakat Catalonia untuk meraih kemerdekaannya sebagai sebuah bangsa dan negara. 

Jenderal Franco bukankalah penggemar sepak bola. Menurut mitos, ia penggemar Real Madrid. Namun faktanya bukan. Ia menggunakan Real Madrid dan sepak bola untuk propagandanya mempengaruhi masyarakat serta untuk menunjukkan kekuasaannya.  Pada 1936, Presiden FC Barcelona, Josep Sunol dibunuh oleh pihak militer dan sebuah bom dijatuhkan di FC Barcelona Club. Puncak permusuhan  pada tahun 1941 terjadi,  ketika para pemain Barcelona “diinstruksikan” (di bawah ancaman militer) untuk kalah dari Real Madrid. Barcelona   kemasukan 11 gol dari Real Madrid. Sebagai bentuk protes, Barcelona bermain serius dalam satu  serangan dan mencetak satu gol. Skor berakhir 11-1, satu gol itu membuat Franco kesal. Kiper Barcelona kemudian dijatuhi tuduhan “pengaturan pertandingan” dan dilarang untuk bermain sepakbola lagi seumur hidupnya (tentang adanya ancaman militer masih bersifat pro-kontra).   
Bagi masyarakat Catalonia, Real Madrid diasosiasikan sebagai pro-Franco. Oleh karena itu, apapun yang terjadi dengan perpindahan pemain dari Barcelona ke Real Madrid dengan faktor gaji yang lebih besar akan dianggap sebagai bentuk pengkhianatan dan menjadi sensitif, seperti pada kasus berpindahan Luis Figo ke Real Madrid pada 1996.

FC Barcelona bukan hanya sekedar klub. Klub ini menjadi simbol perlawanan masyarakat Catalan terhadap pemerintahan Spanyol dalam meraih otonomi kemerdekaan masyarakat Catalan. Bahkan Barcelona sampai menolak sponsor yang tertera di kaos seragamnya, karena warna kaos dianggap simbol seperti bendera Catalonia. Warna biru dan merah marun Barcelona menjadi pengganti yang mudah dipahami dari warna merah dan kuning (bendera) Catalonia. Oleh karena itu, ‘El Classico’ bukan hanya suatu pertandingan sepak bola adu gengsi antara dua klub besar  FC Barcelona versus Real Madrid atau dua kota besar Barcelona versus Madrid. Pertandingan dua klub tersebut merupakan peristiwa identitas, kultural, politik, dan sportifitas. Perisiwa El Classio juga merupakan spirit masyarakat Catalonia untuk meraih kemerdekaan dan kehormatannya sebagai bangsa yang bermartabat.

Menurut The Guardian (13 September 2012), pada pekan lalu, sudah 1,5 juta orang-orang Catalonia tujun ke jalan untuk menuntut kemerdekaannya. Menurut Presiden FC Barcelona, Sandro Rosell, Barcelona tetap akan main di Liga Spanyol, meskipun nanti Catalonia merdeka, seperti Monaco tetap main di Liga Perancis meski Monaco sudah merdeka.

El Classico terus terjadi dan menjadi episode yang menarik untuk diamati. (berbagai sumber)
-----
Sumber foto:
http://www.thickaccent.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar