Senin, 02 Mei 2011

Eko Ujang: Tari Topeng Malang dan Bedhaya Surya


Eko Ujang Kusan Dariadi yang akrab dipanggil Eko Ujang (38) adalah penari dari Kabupaten Malang yang setia menggeluti tari topeng Malang hingga kini. Ia mulai menari sejak usia 16 tahun. Menurutnya, ia merasa terlambat untuk belajar tari topeng, karena dulu awalnya tidak tertarik untuk menari topeng. Selain itu kelompok topeng di desanya hanya untuk orang dewasa saja, tidak ada kelompok anak anak.Awalnya, ia belajar tari topeng di Sanggar Asmorobangun milik mbah Karimun (Alm, maestro penari topeng Malang) yang betempat di Desa Pakisaji, Kabupaten Malang.

Setelah ia menguasai beberapa tarian ia langsung ikut latihan dan pentas wayang topeng di Sanggar Asmorobangun bersama para penari senior di kelompoknya mbah Karimun itu. Karena ia ingin memperdalam belajar tari topeng, ia juga bergabung di sanggar lainnya, yaitu di Padepokan Seni Mangundharmon pimpinan Sholeh dan Sanggar Galuh Chandra Kirana pimpinan Djiono Bardjo di Desa Jambuwer.

Dalam perkembangannya, Eko Ujang tidak hanya mempelajari tari topeng Malang, ia juga mempeljari tari klasik gaya Solo, wayang orang, dan ketoprak. Ketika ia belajar tari klasik Jawa gaya Solo dan belajar di beberapa sanggar, banyak teman-teman dekatnya yang juga penari mencibirnya. Namun ia tetap pada pendiriannya, hanya dengan jalan belajar ke beberapa narasumber, pengetahuan tari topeng Malang dan tari-tari tradisi lainnya bisa menambah perbendaharaan gerak tarinya.

Tari Topeng Malang
Menurut Eko Ujang, tari topeng Malang mempunyai ciri khas sendiri bila dibandingkan dengan tari dari daerah lain, pertama terletak pada bentuk topengnya. Bentuk topeng Malang adalah gabungan antara bentuk manusia dan bentuk wayang. Ciri khas lain yang nampak pada tari topeng Malang adalah arah gerak yang cenderung tidak pada satu bidang frontal, walaupun kedua kaki terbuka ke luar akan terjadi persilangan garis arah, di mana kaki kanan agak ke depan sementara kaki kiri lebih banyak menumpu beban berat tubuh. kaki kanan agak dibebaskan dalam menumpu berat tubuh karena harus mengerakan gongseng yang dipasang di pergelangan kaki penari. Genta atau gongseng ini berfungsi untuk mengatur irama gerak dan juga lebih menghidupkan tarian. Tokoh tokoh tari topeng Malang ini ada kemiripan dengan tokoh topeng gaya cirebon, misalnya ada tokoh, klono,dan panji, tapi untuk gerakan jelas berbeda.

Dalam menari topeng diperlukan keseimbangan tubuh yang luar biasa. dengan pandangan yang terbatas dan harus membawakan gerak tari yang energik. Banyak gerakan tari topeng Malang yang harus mengangkat kaki kanan, sehingga kaki kiri menyangga tubuh secara penuh. Sebagai penari topeng kita dituntut untuk bisa menghidupkan topeng yang kita pakai yang sesuai dengan masing-masing karakternya. Di Malang ada beberapa tempat tari topeng berkembang dan masing masing mempunyai ciri khas yang berbeda. Misalnya gaya Kedungmonggo Pakisaji, Jambuwer, dan Glagahdowo.

”Bila kita melihat episode cerita yang dimainkan dalam wayang topeng gaya Malangan kita bisa memetik hikmah didalamnyam yaitu kebaikan mengalahkan keangkaramurkaan. dalam hal ini, tokoh halus (panji) melambangkan kebaikan dan tokoh klono melambangkan keangkaramurkaan, ungkapnya.”

Pelatih tari

Kini Eko Ujang tidak hanya menjadi penari, namun ia juga melatih tari topeng Malang. Banyak orang pesimis dengan peletarian tari topeng Malang. Namun menurutnya,
animo anak muda di Malang lumayan bagus. Berdasarkan pengalamannya melatih tari yang penting adalah cara penyampaian dan pengajarannya. Anak yang baru kenal tari, jelas merasa kesulitan kalau langsung berlatih tari topeng secara utuh dan benar. Ana-anak akan cepat putus asa kalau berlatih gerakan yang dirasa sulit, jadi perlu menyederhanakan gerakan sehingga mereka mampu membawakannya.Setelah gerakan mereka cukup bagus baru kita kenalkan dengan gerakan tari topeng yang benar.

Kebanggaan kawasan Malang
Bagi Eko Ujang, tari topeng Malang adalah identitas dan kebanggaan bagi orang Malang, sehingga keberadaanya sangat perlu dilestarikan. “Tetapi sayangnya proses ini sangat sulit. Contoh kasus, banyak kelompok topeng di daerah pedesaan di wilayah Malang yang tidak aktif karena sulitnya regenerasi penari topeng,” paparnya. Dulu ia mempunyai banyak teman penari seusianya di desa tetapi sekarang habis karena mereka banyak yang harus bekerja ke luar daerah atau ke kota.. Atau bagi yang perempuan setelah menikah tidak mau menari lagi. Untuk menjalin kebersamaan antarpenari topeng, sekarang sering dipentaskan wayang topeng gabungan dari beberapa sanggar topeng yang ada di Malang, Keuntungannya, bisa saling belajar dan tukar pikiran. Selain itu, ia mencoba mengemas drama pendek wayang topeng yang musiknya dengan kaset atau CD, sehingga ia dan kelompok tarinya bisa mementaskan kapan dan dimana saja, tanpa perlu anggaran yang besar.

Tari Bedhoyo Suryo
Eko Ujang tidak hanya bisa menari topeng Malang, ia juga bisa membuat karya tari di luar genre tari Malangan. Dalam menciptakan karya tari, ia selalu bersumber dari gerak tari topeng Malangan. Pada Desember 2010, ia membuat karya Bedhaya Surya dalam Festival Bedhaya Jawa Timur 2010, dan masuk dalam kategori 10 penyaji terbaik. Gerak bedhaya ini banyak mengembangkan dari gerak tari topeng gaya Malangan khususnya gaya topeng Jambuwer. Ide garapan tentang kebesaran Kerajaan Majapahit. Eko Ujang, yang juga alumni STIBA Malang ini ingin mengenalkan karya Bedhoyo Suryo ini ke khalayak. Karena ingin tari Malangan bisa berkembang. (apw)
Video tari Bedhaya Surya:


****

Blog Eko Ujang:
http://ekotopengmalang.blogspot.com

1 komentar:

  1. bkin smangat lagi untuk melesttarikan budaya, tapi q g ad channel

    BalasHapus