Museum Jianchuan, Chengdu, Provinsi Sichuan, Cina |
All institutions are prone to corruption and to the vices of their members.
Semua insitusi rentan terhadap korupsi dan kelemahan moral para anggotanya.
Semua insitusi rentan terhadap korupsi dan kelemahan moral para anggotanya.
(Morrist West)
Situs globalvoicesonline.org melansir bahwa sebuah museum korupsi direncanakan didirikan di provinsi barat daya Sichuan, China Daily melaporkan, yang mengutip dari sebuah koran lokal. Museum ini mencari nominasi dari netizen, dari 100 pejabat paling korup di abad terakhir. Proyek ini pertama kali diusulkan pada microblog Fan Jianchuan, pendiri Museum Jianchuan di Chengdu. Dia mengatakan bahwa museum akan menerima nominasi dari pbulik yang dapat memberikan suara (mem-vote) di website museum-nya. Penentuan kriteria ‘the top 100’ (100 koruptor papan atas) meliputi pejabat seniour yang korup, jumlah uang uang dikorupsi, cara korupsi, nilai kekayaan dan dampaknya terhadap masyarakat.
Fan mengatakan ia akan meminta dukungan dari komite disiplin Partai Komunis untuk mengubah inisiatif ini menjadi pusat pendidikan antikourupsi. Selanjutnya, dia mengatakan bahwa pameran korupsi yang diselenggarakan oleh komite disiplin partai yang bersifat nasional masih sangat umum, tetapi museum korupsi belum didirikan. Oleh karena itu dia beranggapan bahwa museum korupsi akan membuat punya efek positif terhadap masyarakat. Ia mulai menyeleksi ‘artefak korupsi’ dari koleksi yang ia punyai, yang meliputi dokumen keputusan pengadilan dan dokumen pengakuan sang koruptor.
Ide tentang pendirian museum korupsi di Cina, bisa menjadi inspirasi yang bermanfaat untuk mencari kemungkinan-kemungkinan peluang mendirikan museum korupsi di Indonesia. Sebab korupsi sudah menjadi bagian sejarah Indonesia dalam perjalanan kebangsaannya. Apakah pemerintah dan bangsa Indonesia masih bercita-cita menuju bangsa yang bermartabat? Masih menjadi sebuah pertanyaan besar, terutama pada komitmen dan visi terhadap martabat kebangsaan.
Sudah banyak data-data yang mengungkap berapa banyak uang yang dikorupsi di Indonesia. Toh logika hukum masih belum bisa menuntaskan angka penurunan angka korupsi Indonesia. Meski telah diawasi oleh KPK dan ICW, korupsi makin menjadi kawan akrab bangsa ini. Dengan adanya Museum Korupsi Indonesia di masa depan, akan menjadi bagian dari proses, pendidikan, kultural, dan sejarah dalam menentukan kehidupan kebangsaan Indonesia di masa depan. Dan suatu saat akan lahir mata pelajaran Sejarah Korupsi Indonesia untuk anak-anak! (apw)
Fan mengatakan ia akan meminta dukungan dari komite disiplin Partai Komunis untuk mengubah inisiatif ini menjadi pusat pendidikan antikourupsi. Selanjutnya, dia mengatakan bahwa pameran korupsi yang diselenggarakan oleh komite disiplin partai yang bersifat nasional masih sangat umum, tetapi museum korupsi belum didirikan. Oleh karena itu dia beranggapan bahwa museum korupsi akan membuat punya efek positif terhadap masyarakat. Ia mulai menyeleksi ‘artefak korupsi’ dari koleksi yang ia punyai, yang meliputi dokumen keputusan pengadilan dan dokumen pengakuan sang koruptor.
Ide tentang pendirian museum korupsi di Cina, bisa menjadi inspirasi yang bermanfaat untuk mencari kemungkinan-kemungkinan peluang mendirikan museum korupsi di Indonesia. Sebab korupsi sudah menjadi bagian sejarah Indonesia dalam perjalanan kebangsaannya. Apakah pemerintah dan bangsa Indonesia masih bercita-cita menuju bangsa yang bermartabat? Masih menjadi sebuah pertanyaan besar, terutama pada komitmen dan visi terhadap martabat kebangsaan.
Sudah banyak data-data yang mengungkap berapa banyak uang yang dikorupsi di Indonesia. Toh logika hukum masih belum bisa menuntaskan angka penurunan angka korupsi Indonesia. Meski telah diawasi oleh KPK dan ICW, korupsi makin menjadi kawan akrab bangsa ini. Dengan adanya Museum Korupsi Indonesia di masa depan, akan menjadi bagian dari proses, pendidikan, kultural, dan sejarah dalam menentukan kehidupan kebangsaan Indonesia di masa depan. Dan suatu saat akan lahir mata pelajaran Sejarah Korupsi Indonesia untuk anak-anak! (apw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar