Rabu, 29 Mei 2013

Pentas Wayang Beber Kota 'Metro'


PENTAS WAYANG BEBER KOTA
BENTARA BUDAYA JAKARTA 

Judul: “Métro”
Acara :
Workshop : Wayang Beber Kota
Pertunjukan kolaboratif : wayang beber, seni performa dan sound art

 Penyaji: Dani Iswardana/ visual artist | Tri Ganjar Wicaksono/ dalang | Atieq SS Listyowati/ performance artist | Pandu Hidayat/ sound project digital comp. & video art.

W a k t u : 5 Juni 2013
Venue: Bentara Budaya Jakarta

Susunan Acara:
15.00 - 17.00 WIB / Workshop
19.00 – 20.00 : Pertunjukan
20.00 – 21.00 : Dialog interaktif bersama audiens

Plot Pertunjukan:
- buka layar dg tubuh terbungkus layar putih (performance art)
- intro+narasi lakon wayang beber o/ dalang (story telling)
- ditutup dg performance art "Metropuritan"

Tujuan :
Mengembangkan aspirasi dan memicu kreativitas masyarakat;
Memacu perkembangan budaya, seni dan teknologi/ilmu pengetahuan.
Menanamkan kecintaan dan kepedulian terhadap kesenian tradisional agar tidak kehilangan akar budaya.

Uraian: Wayang Beber


Ketika berbagai negara di dunia selama beberapa dekade terakhir ini dibanjiri oleh gelombang pecinta produk komik dan kartun serta animasi lainnya, Indonesia pun tak ketinggalan turut ambil bagian dalam dunia yang mewabah ini. Orang dewasa hingga anak-anak mana pun pasti tak merasa asing sama sekali bila dihadapkan dengan komik serta karya animasi lainnya. Komik menjadi sesuatu yang menarik karena merupakan produk dari masyarakat kota. Kehidupan kota menjadi kehidupan yang sangat nyata bagi mereka untuk menjadikannya sebagai dunia imajinasi yang tak berbatas dengan beribu bahkan jutaan macam kemungkinan yang bisa terjadi. Semuanya itu tercover dengan sangat menarik. Meski pun cerita-cerita yang dihadirkan merupakan perkawinan antara cara berpikir tradisional dan kekinian, misalnya dengan keberadaan tokoh-tokohnya yang memiliki kesaktian dan kemampuan yang sangat ajaib yang diilhami oleh keberadaan para pahlawan dalam cerita-cerita tradisi mana pun.
Demikian pula halnya ketika kehadiran wayang beber kota menjadi ulasan terbaru di masa kini. Wayang beber yang kehadirannya diperkirakan lahir menurut Kitab Centini ketika Jayabaya, raja Kediri [Mamenang, abad ke-10] di Jawa Timur, menorehkan gambar para leluhur dan dewa-dewi yang ia lihat dari relief-relief di candi ke atas daun lontar dan kemudian menggulungnya serta membeberkannya kembali untuk diperlihatkan di istana, menjadi sebuah acuan baru di masa kini.
Wayang beber tertua masih ditemukan di kawasan Wonosari, Yogyakarta dan Pacitan, Jawa Timur. Keberadaan wayang beber inilah yang menggerakkan Dani Iswardana untuk mempelajarinya lebih lanjut. Berbagai upaya yang dilakukannya tak hanya mempelajari sejarah dan tehniknya dari institusi formal di ISI Solo namun juga langsung berguru kepada para ahlinya dalam menggurat wayang. Kisah terkenal dalam wayang beber adalah kisah nyata asmara Raden Panji Asmarabangun atau Inu Kertapati, seorang putra dari kerajaan Jenggala dengan Galuh Candra Kirana, seorang putri dari kerajaan Kediri yang menyamar menjadi Raden Panji Semirang, yang dikenal dengan Wayang Panji.

Wayang Beber disempurnakan oleh Raden Sungging Prabangkara di masa pemerintahan kerajaan Brawijaya terakhir. Wayang Beber menjadi semakin semarak di jaman kerajaan Majapahit. Kisah para dewa-dewi dan roh leluhur kemudian pun berganti dari kisah wayang purwa menjadi kisah cinta legendaris Wayang Panji, hingga menerbitkan bait-bait puisi yang menjadi tembang “Smaradhana”yang sangat terkenal hingga kini. Kisah ini pun bahkan memiliki benang merah dengan Serat Centhini mengenai pemahaman kehidupan dari semiotika: cinta. Dan kini, wayang beber berkembang dari cerita-cerita fiktif ke bentuk realisme baru yang lebih bercerita tentang hal-hal aktual dan faktual sebagaimana goresan kuas dan pikiran sang senimannya.
Karya klasik dari Jawa ini masih menjadi daya tarik utama bagi para visual artist muda di Indonesia. Tak hanya lahir di Pacitan dan Bali, perkembangannya kini di beberapa daerah lain seperti Solo dan kota-kota besar lainnya macam Jakarta mulai merambah ke wilayah kontemporer hingga post modernism. Ada banyak hal kekinian yang menjadi pola utama tema pelukisan wayang beber, yakni: KOTA.

Keberadaan para senimannya seperti Dani Iswardana di masa kini, maka lingkup kehidupan kota menjadi bagian yang tak terpisahkan darinya. Kehidupan kota dan ‘kekinian’ menjadi hal-hal yang menarik untuk dituangkan melalui goresan tinta dan kuasnya ke atas wayang beber. Seperti halnya yang telah dilakukan oleh beberapa kaum muda saat ini dalam komunitas di beberapa kota.

Dengan berbagai interpretasi yang tertuang dengan segala perspektif para senimannya, wayang beber pun menjadi wadah dan wahana dalam ekspresi setiap pemikiran para seniman yang nota bene mewakili publik dan kehidupan sosial serta kesehariannya sebagai manusia, individu sekaligus makhluk sosial dan bagian dari kehidupan politik di wilayah negara masing-masing dengan berbagai perkembangannya di berbagai aspek di setiap jamannya.
“Métro” adalah hasil interpretasi para seniman yang terdiri dari seniman pembuat wayang beber Dani Iswardana Wibowo (visual artist), Tri Ganjar Wicaksono (dalang), Atieq SS Listyowati (performance artist) dan Pandu Hidayat (sound artist) terhadap kehidupan kota di masing-masing kota tempat tinggal kediamannya yakni: Solo, Pacitan, Jakarta dan Yogyakarta.
Apakah telah terjadi pergeseran nilai dan pemahaman budaya baru di masing-masing kota tersebut? Setiap kota memiliki kekhasannya tersendiri, unik serta berkarakter. Semuanya lahir dari runtutan masuknya info, pengetahuan dan sebagainya. Sebagai negara berkembang, banyak hal kemajuan dunia telah menimbulkan ‘culture shock’ yang tidak sejalan dengan belum meratanya sistem pendidikan dan pemerintahan yang layak bagi hajat hidup warga dan masyarakatnya.
Seperti apakah kota-kota domisili para seniman tersebut layaknya sebagai sebuah “ Métro”? Bagaimanakah interprestasi mereka terhadap kota masing-masing? Samakah sudut pandang mereka? Samakah perspektif mereka dengan warga kota-kota besar di dunia lainnya?
“Métro” adalah persembahan AppreRoom dalam bentuk karya seni kolaboratif. Persembahan ini akan menghidupkan interaksi antara audiens dan para senimannya.

Artists:
Dani Iswardana/ visual artist
Tri Ganjar Wicaksono/ dalang
Atieq SS Listyowati/ performance artist
Pandu Hidayat/ sound project digital comp. & video art

Profil: AppreRoom
Visi & Misi · AppreRoom atau Ruang Apresiasi memiliki kegiatan di bidang ruang seni dan bertindak sebagai link budaya yang menghubungkan orang-orang yang berpikiran damai. · Didirikan dan memulai kegiatannya pada November tahun 1998, AppreRoom adalah sebuah ruang terbuka untuk pengamat seni dan pekerja seni serta terdiri dari praxist dan teoritisi. Mereka terdiri dari para pekerja seni rupa, artisan, fotografer, penulis, dan koreografer, seniman pertunjukan, ethnomusicologists, wartawan dan pekerja seni lainnya termasuk praktisi pendidikan [dosen] di bidang masing-masing seni. · Lembaga ini membentuk "ruang" sebagai kendaraan untuk aspirasi aspek budaya dan seni atau lebih dari itu, dengan peradaban itu sendiri. · Oleh karena itu lembaga ini adalah bagai sebuah terminal yang memberikan kepada anggotanya ‘ruang antara‘ untuk dapat secara aktif berpartisipasi dalam mengembangkan kegiatan kelompok dan diri mereka sendiri, sebelum berada di langkah & lompatan berikutnya sebagai suatu proses untuk mencapai pencapaian tertinggi mereka di atas bumi/alam semesta ini.

http;//appreroom-artspace.blogspot.com
appreroom@yahoo.com
+6285217292179

Tidak ada komentar:

Posting Komentar