Senin, 08 Oktober 2012

Kita vs Korupsi, Menyadari Kebohongan Kecil



Film Kita vs Korupsi merupakan film omnibus (gabungan empat film pendek yang diikat denga satu premis, yaitu antikorupsi). Keempat film pendek tersebut adalah  Rumah Perkara (sutradara Emil Heradi), Aku Padamu (sutradara Lasja F. Susatyo), Selamat Siang, Risa! (sutradara Ine Febrianti) dan Psstt... Jangan Bilang Siapa-Siapa (sutradara Chairun Nissa).


Kita vs Korupsi dibuka dengan film pendek arahan Emil Heradi yang berjudul Rumah Perkara. Film pendek ini berlatar suasana daerah pinggiran perkotaan,menceritakan tentang  seorang lurah, Yatna (Teuku Rifnu Wikana) yang mengkhianati kepercayaan desa yang ia pimpin dengan membantu proses penggusuran rumah warga untuk sebuah proyek real estate. Berikutnya  Lasja F.Susatyo menghadirkan kisah drama komedi romansa  pada film pendek Aku Padamu, yang menceritakan tentang hubungan asmara yang terjalin antara Vano (Nicholas Saputra) dan Laras (Revalina S. Temat). Sayang, hubungan asmara tersebut tidak disetujui oleh orangtua Laras. Akibatnya, Vano mengajak Laras untuk kawin lari. Namun, karena tak punya  kartu keluarga,  justru menghalangi niat tersebut. Lalu godaan datang dari seorang calo (Norman Akyuwen), yang membuat Laras ingat ke masa kecilnya tentang gurunya yang bernama Arwoko (Ringgo Agus Rahman) yang menjadi korban sistem pendidikan yang tidak adil.

Film pendek ketiga yang berjudul Selamat Siang, Risa!, disutradarai oleh Ine Febriyanti. Film ini berlatar setting tahun 1970-an, menceritakan tentang seorang pria yang  bernama Arwoko (Tora Sudiro), yang  bekerja sebagai seorang mandor gudang. Ia punya sikap tegas, jujur dan anti berbuat curang. Dengan sikapnya tersebut, ia mendapatkan ujian hidup, yaitu salah seorang anaknya sedang menderita sakit parah. Sementara ia dan istrinya, Niken (Dominique) sama sekali tidak memiliki uang. 

Film pendek keempat (terakhir)  yang dihadirkan dalam Kita Versus Korupsi berjudul Psssttt… Jangan Bilang Siapa-Siapa, disutradari oleh Chairun Nissa. Film pendek ini menceritakan tentang penelusuran seorang siswi sekolah menengah atas, Gita (Alexandra Natasha), terhadap mudahnya pembiaran tindakan korupsi yang telah dimulai dari lingkungan keluarga.

Produser: Busyro Muqoddas, Juhanni Grossmann, Teten Masduki, M Abduh Aziz
Sutradara:
Lasja F Susatyo, Ine Febriyanti, Emil Heradi, Chairun Nissa
Penulis:
Damas Cendekia, Sinar Ayu Massie, Ine Febriyanti, Gunawan Raharja, Jazzy Mariska Usman, Mohamad Ariansyah
Pemeran:
Teuku Rifnu Wikana, Ranggani Puspandya, Nicholas Saputra, Revalina S Temat, Ringgo Agus Rahman, Tora Sudiro, Dominique Agisca Diyose, Medina Kamil, Alexandra Natasha, Siska Selvi Dawsen, Nasha Abigail, Norman Akyuwen, Verdi Solaiman, Icang S. Tisnamiharja, Icang S. Tisnamiharja, Tizza Radia, Aji Santosa, Amanina Datau
Tanggal edar: 
Kamis, 26 Januari 2012



Kebohongan kecil

Film Kita vs Korupsi yang dirilis oleh Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) bekerja sama dengan Transparency International Indonesia (TII), merupakan upaya kampanye antikorupsi lewat media alternatif, yaitu media film. Dengan media film, penyebaran  kampanye pesan antikorupsi akan lebih mudah memasuki ruang-ruang individu,  keluarga dan publik secara luas dan optimal.  Bahwa banyak masyarakat Indonesia yang tidak menyadari, kebohongan-kebohongan kecil yang diciptakan di ruang keluarga merupakan awal dari tindakan korupsi. Ketika kebohongan-kebohongan kecil itu sering dilakukan, akan berdampak pada individu untuk tidak memiliki budaya malu dan makin mengokohkan budaya melanggar.  Hal itu tercermin bagaimana bahasa tubuh para tersangka koruptor  di televisi. Bahasa tubuh mereka tidak pernah menunduk malu dan mengekspresikan rasa penyesalan, justru mereka mengumbar senyum dan berjalan elegan meski banyak media yang meliputnya. Mengerikan!

Toh meskipun ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), jumlah pelaku koruptor  di Indonesia makin meningkat.  Ada apa sebenarnya dengan peristiwa kebudayaan Indonesia? Adakah yang salah dengan sistem pedidikan saat ini? Dan mengapa bangsa ini takut mengkoreksi perilaku budaya yang salah? Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang muncul dalam benak saya. Tapi sulit mencari jawabnya. Membangun budaya malu saja masih belum mampu, apakah mungkin bangsa ini menjadi ‘bangsa besar’? Sesuatu yang sederhana, namun sulit dilakukan.  Karena tidak ada keberanian untuk bercermin diri!

Semoga film ini akan merubah mindset masyarakat  Indonesia untuk malu berbuat korupsi! (berbagai sumber)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar