Film Kita
vs Korupsi merupakan film omnibus (gabungan empat film pendek yang diikat
denga satu premis, yaitu antikorupsi). Keempat film pendek tersebut adalah Rumah Perkara (sutradara
Emil Heradi), Aku Padamu (sutradara Lasja F. Susatyo), Selamat
Siang, Risa! (sutradara Ine Febrianti) dan Psstt...
Jangan Bilang Siapa-Siapa (sutradara Chairun Nissa).
Kita vs Korupsi dibuka dengan film
pendek arahan Emil Heradi yang berjudul Rumah
Perkara. Film pendek ini berlatar suasana daerah pinggiran
perkotaan,menceritakan tentang seorang
lurah, Yatna (Teuku Rifnu Wikana) yang mengkhianati kepercayaan desa yang ia
pimpin dengan membantu proses penggusuran rumah warga untuk sebuah proyek real
estate. Berikutnya Lasja F.Susatyo
menghadirkan kisah drama komedi romansa
pada film pendek Aku Padamu, yang
menceritakan tentang hubungan asmara yang terjalin antara Vano (Nicholas
Saputra) dan Laras (Revalina S. Temat). Sayang, hubungan asmara tersebut tidak
disetujui oleh orangtua Laras. Akibatnya, Vano mengajak Laras untuk kawin lari.
Namun, karena tak punya kartu keluarga, justru menghalangi niat tersebut. Lalu godaan
datang dari seorang calo (Norman Akyuwen), yang membuat Laras ingat ke masa
kecilnya tentang gurunya yang bernama Arwoko (Ringgo Agus Rahman) yang menjadi
korban sistem pendidikan yang tidak adil.
Film pendek ketiga yang berjudul Selamat Siang, Risa!, disutradarai oleh Ine Febriyanti. Film ini berlatar setting tahun 1970-an, menceritakan tentang seorang pria yang bernama Arwoko (Tora Sudiro), yang bekerja sebagai seorang mandor gudang. Ia punya sikap tegas, jujur dan anti berbuat curang. Dengan sikapnya tersebut, ia mendapatkan ujian hidup, yaitu salah seorang anaknya sedang menderita sakit parah. Sementara ia dan istrinya, Niken (Dominique) sama sekali tidak memiliki uang.
Film pendek ketiga yang berjudul Selamat Siang, Risa!, disutradarai oleh Ine Febriyanti. Film ini berlatar setting tahun 1970-an, menceritakan tentang seorang pria yang bernama Arwoko (Tora Sudiro), yang bekerja sebagai seorang mandor gudang. Ia punya sikap tegas, jujur dan anti berbuat curang. Dengan sikapnya tersebut, ia mendapatkan ujian hidup, yaitu salah seorang anaknya sedang menderita sakit parah. Sementara ia dan istrinya, Niken (Dominique) sama sekali tidak memiliki uang.
Film pendek keempat (terakhir) yang dihadirkan dalam Kita Versus Korupsi berjudul
Psssttt… Jangan Bilang Siapa-Siapa,
disutradari oleh Chairun Nissa. Film pendek ini menceritakan tentang penelusuran
seorang siswi sekolah menengah atas, Gita (Alexandra Natasha), terhadap
mudahnya pembiaran tindakan korupsi yang telah dimulai dari lingkungan
keluarga.
Produser: Busyro Muqoddas, Juhanni Grossmann, Teten Masduki, M Abduh Aziz
Sutradara: Lasja F Susatyo, Ine Febriyanti, Emil Heradi, Chairun Nissa
Penulis: Damas Cendekia, Sinar Ayu Massie, Ine Febriyanti, Gunawan Raharja, Jazzy Mariska Usman, Mohamad Ariansyah
Pemeran: Teuku Rifnu Wikana, Ranggani Puspandya, Nicholas Saputra, Revalina S Temat, Ringgo Agus Rahman, Tora Sudiro, Dominique Agisca Diyose, Medina Kamil, Alexandra Natasha, Siska Selvi Dawsen, Nasha Abigail, Norman Akyuwen, Verdi Solaiman, Icang S. Tisnamiharja, Icang S. Tisnamiharja, Tizza Radia, Aji Santosa, Amanina Datau
Tanggal edar: Kamis, 26 Januari 2012
Sutradara: Lasja F Susatyo, Ine Febriyanti, Emil Heradi, Chairun Nissa
Penulis: Damas Cendekia, Sinar Ayu Massie, Ine Febriyanti, Gunawan Raharja, Jazzy Mariska Usman, Mohamad Ariansyah
Pemeran: Teuku Rifnu Wikana, Ranggani Puspandya, Nicholas Saputra, Revalina S Temat, Ringgo Agus Rahman, Tora Sudiro, Dominique Agisca Diyose, Medina Kamil, Alexandra Natasha, Siska Selvi Dawsen, Nasha Abigail, Norman Akyuwen, Verdi Solaiman, Icang S. Tisnamiharja, Icang S. Tisnamiharja, Tizza Radia, Aji Santosa, Amanina Datau
Tanggal edar: Kamis, 26 Januari 2012
Kebohongan kecil
Film Kita vs Korupsi
yang dirilis oleh Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) bekerja sama
dengan Transparency International Indonesia (TII), merupakan upaya kampanye
antikorupsi lewat media alternatif, yaitu media film. Dengan media film, penyebaran kampanye pesan antikorupsi akan lebih mudah
memasuki ruang-ruang individu, keluarga
dan publik secara luas dan optimal.
Bahwa banyak masyarakat Indonesia yang tidak menyadari,
kebohongan-kebohongan kecil yang diciptakan di ruang keluarga merupakan awal
dari tindakan korupsi. Ketika kebohongan-kebohongan kecil itu sering dilakukan,
akan berdampak pada individu untuk tidak memiliki budaya malu dan makin
mengokohkan budaya melanggar. Hal itu
tercermin bagaimana bahasa tubuh para tersangka koruptor di televisi. Bahasa tubuh mereka tidak pernah
menunduk malu dan mengekspresikan rasa penyesalan, justru mereka mengumbar
senyum dan berjalan elegan meski banyak media yang meliputnya. Mengerikan!
Toh meskipun ada Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), jumlah pelaku koruptor di
Indonesia makin meningkat. Ada apa
sebenarnya dengan peristiwa kebudayaan Indonesia? Adakah yang salah dengan
sistem pedidikan saat ini? Dan mengapa bangsa ini takut mengkoreksi perilaku
budaya yang salah? Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang muncul dalam
benak saya. Tapi sulit mencari jawabnya. Membangun budaya malu saja masih belum
mampu, apakah mungkin bangsa ini menjadi ‘bangsa besar’? Sesuatu yang
sederhana, namun sulit dilakukan. Karena
tidak ada keberanian untuk bercermin diri!
Semoga film ini akan merubah mindset masyarakat Indonesia untuk malu berbuat korupsi! (berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar