Minar Shaheed |
Gesekan itu mengakibatkan kegelisahan nyata pada tahun 1948, ketika pemerintah Pakistan menyatakan bahwa Urdu adalah satu-satunya bahasa yang dinasionalisasi. Hal itu memicu protes penduduk Pakistan Timur yang berbahasa Bengali. Pemerintah Pakistan melarang perselisihan, tetapi pada tanggal 21 Februari 1952, mahasiswa Universitas Dhaka dan juru kampanye lainnya siap untuk protes. Kemudian pada hari itu, polisi melepaskan tembakan pada demonstran dan menewaskan empat mahasiswa. Kematian empat mahasiswa dalam memperjuangkan hak untuk menggunakan bahasa ibu mereka sekarang diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Sedunia (International Mother Language Day).
Turbulensi terus berlangsung ketika juru bicara Bengali memprotes hak untuk menggunakan bahasa ibu mereka. Bengali menjadi bahasa yang terdokumentasi secara sah di Pakistan pada tanggal 29 Februari 1956. Setelah Perang Pembebasan Bangladesh pada tahun 1971, Bangladesh berkembang menjadi sebuah negara berdaulat dengan Bengali sebagai bahasa resminya.
Pada tanggal 17 Nopember 1999, UNESCO menyatakan secara terbuka, bahwa tanggal 21 Februari menjadi Hari Bahasa Ibu Sedunia, dan pertama kali diperingati pada tanggal 21 Februari 2000. Hari Bahasa Ibu Sedunia adalah hari libur nasional di Bangladesh, di mana Hari Bahasa Ibu Sedunia itu juga dikenal sebagai Shohid Dibosh, atau Shaheed Day.
Pada hari peringatan itu, banyak warga Bangladesh meletakkan karangan bunga di Minar Shaheed (monumen martir). Mereka juga membeli gelang kaca atau aksesoris perempuan, mengadakan pesta makanan, dan memberi hadiah kepada orang yang bebas buta huruf dan mengadakan kontes sastra. Pada tanggal 21 Februari itu menjadi hari memperingati etnis Bangladesh dan bahasa Bengali. (apw)
Sumber: www.unesco.org dan berbagai sumber.
Foto: www.demotix.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar